Nusa Dua (28/5). Keragaman budaya indonesia sangatlah kaya, tak terkecuali budaya gotong royong masyarakat disekitar lereng Gunungapi Kelud silam. Peristiwa ketangguhan kelud terbangun dari kerelaan dari orang-orang yang sangat peduli akan keselamatan masyarakat. Dari pojok Rumah Resiliensi Indonesia pada Agenda 7th Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR), pengalaman Kelud diangkat kembali semata-mata untuk berbagi informasi kepada dunia, bahwa pengalaman erupsi Gunungapi Kelud pada 13 Februari 2014 terbentuk dari proses panjang dan karena sadar akan sejarah. Fenomena Gunungapi Kelud sejak 1568 hingga 2007 lalu adalah lorong sejarah dari memori masyarakat Kelud yang tak menginginkan rasa kesedihan terulang kembali. Keselamatan masyarakat di wilayah Kediri, Blitar dan Malang ini berangkat dari sebuah ide untuk tidak mengulangi sejarah kelam yang melahirkan gagasan, narasi kepercayaan masyarakat dan karya keselamatan bersama dibawah kepemimpinan Khoirul Huda (PPGA Kelud), Alm. Ngaseri (Kepala Desa Ngacar), Sutrisno (Dandim Kediri) dan Suprapto (FM Kelud) sebagai pelaku sejarah Kelud 2014 lalu.
Kami bersama Mbah Khoirul Huda, Helena Rea dan Jimmy Silitonga (BBC Media Action), mencoba berbagi praktik baik dari pengalaman Kelud dalam pertemuan Internasional Pengurangan Risiko Bencana (PRB) di Nusa Dua Bali, bahwa kita sebagai bangsa telah berbuat upaya nyata PRB dari pemahaman bahaya dan ancaman bencana, dan bagaimana masyarakat belajar, memahami dan patuh karena sebuah kepercayaan dari para aktor untuk membantu kekurangan masyarakat dari pengalaman sebelumnya. Agenda Talkshow “Praktik Baik Komunikasi Risiko dan Edukasi Publik” dari pengalaman Kelud (27/5), kami menyampaikan bahwa UU 24/2007 tentang Penanggulangan Bencana, menyiratkan hakekat pengelolaan risiko bencana. Sukses story Kelud diharapkan menjadi rolemodel setidaknya bagi kawasan risiko serupa dari ancaman erupsi gunungapi.
Pembelajaran kepemimpinan penanganan Kelud adalah kemauan dan bersepakat menanggalkan egosentris yang melekat. Pengalaman Mbah Khoirul dan kawan-kawan yang mampu meninggalkan egonya, semoga menginspirasi setiap dari kita untuk terlibat melahirkan gagasan, narasi dan karya dari kolaborasi, interaksi dan integrasi untuk Indonesia Tangguh Bencana. Ketangguhan Kelud adalah cerita tentang tanggungjawab, komitmen, kerelaan, komunikasi dalam tradisi kultural dan perubahan perilaku dari setitik makna kepercayaan. Indonesia masih mempunyai pekerjaan besar dari Rencana Induk Penanggulangan Bencana (RIPB) 2020-2044. Sejarah Kelud dan cerita nusantara lainnya, patut menjadi literasi dan perhatian dari pengambil kebijakan untuk warisan ketangguhan generasi bangsa selanjutnya.
Ario Akbar Lomban
Widyaiswara BNPB